Kuala Lumpur (5/4/2018)—Di hari terakhir Pagelaran Pesta Buku Antarbangsa Kuala Lumpur (Kuala Lumpur International Book Fair 2018) paviliun Indonesia memperkenalkan nonbuku yaitu boardgame dalam acara bincang-bincang “Eksplorasi Konten Nusantara Melalui Media Boardgame” bersama Erwin Skripsiadi dari  Hompimpa Games dan Andre M. Dubari dari Manikmaya Games.

 

Boardgame di Indonesia mulai berkembang sejak tahun 2013 dan mengalami peningkatan di tahun 2017. Dengan meningkatnya jumlah permintaan boardgame semakin banyak pula jumlah produsen penghasil boardgame yang mewarnai ragam permainan itu sendiri.

 

“Sebelum boardgame berkembang sekarang ini, banyak kendala yang kami lalui” ungkap Andre. Kendala yang dihadapi diantaranya mengubah persepsi masyarakat mengenai boardgame itu sendiri. Banyak mengatakan bahwa fungsi boardgame hanya sekadar entertainment saja. Mereka tidak tahu bahwa banyak hal yang bisa diambil dari boardgame itu sendiri. Selain persepsi, minimnya konten untuk boardgame. Beberapa perusahaan di Jerman membuat konten boardgame mengenai Nusantara, yang terkenal diantaranya Papua dan Java. “Walaupun permainan itu disukai banyak orang tetapi konten di dalamnya banyak yang salah bahkan tidak akurat. Hal ini disebabkan mereka bukan orang Indonesia dan tidak melakukan riset atau mengeskplore lebih jauh mengenai Nusantara.” Ujar Andre.

 

Melalui boardgame banyak nilai-nilai sosial untuk anak-anak. “Mereka dapat memperlancar komunikasi, menstimulasi otak anak untuk berimajinasi, melatih motorik, dan banyak lainnya.” Ujar Erwin Skripsiadi. “Keluarga pun semakin akrab, mengurangi penggunaan cellphone, karena mereka berkomunikasi, tertawa.” Tambah Andre Dubari.

 

Sekarang ini sudah ada 400 desiner boardgame di seluruh Indonesia dan lebih dari 100 judul games yang diambil dari lokal konten.

 

Manikmaya Games dan Hompimpa Games hadir di Essen Spiel (Jerman) 2017 yang merupakan ajang terbesar boardgame terbesar di dunia dan berhasil menjual semua boardgame Indonesia dalam waktu 3 hari saja. Tahun ini mereka pun akan hadir dan menghadirkan beragam jenis permainan baru.

 

Untuk mengembangkan bisnis boardgame, pelaku bisnis boardgame mengembangkan jaringan dengan mendirikan perpustakaan-perpustakaan boardgame. “Sama seperti perpustakaan, tapi ini isinya boardgame bukan buku” ujar Andre. Sudah ada 7 perpustakaan diantaranya di kota Jakarta, Bandung, Solo, Surabaya, Malang, Yogyakarta, dan Makassar.

 

KLIBF berlangsung sejak tanggal 27 April sampai 6 Mei 2018 di Putra World Trade Center, Kuala Lumpur, Malaysia. Tahun ini Indonesia hadir sebagai negara tamu bersama dengan Arab Saudi dan negeri tamu Kedah. Kehadiran ini didukung sepenuhnya oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur. KLIBF juga diisi dengan Kuala Lumpur Trade and Copyright Center (KLTCC), Konferensi Penulis dan Malaysia’s Digital Lifestyle  Exhibition.

Skip to content