JAKARTA – Dunia perbukuan Indonesia merayakan Hari Buku Nasional ke-70, Minggu (17/5), dalam keprihatinan. Para pelaku perbukuan mengalami pukulan keras akibat pandemi Covid-19 yang menutup jalur utama pemasaran maupun proses produksi buku.

Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi), Rosidayati Rozalina, menyebut Hari Buku Nasional tahun ini berbeda dari sebelumnya. Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para pelaku industri perbukuan dalam situasi seperti ini, sehingga uluran tangan pemerintah sangat diharapkan untuk membangkitkan industri perbukuan yang kian lemah.

Menurut Rosidayati, tantangan paling besar adalah pembajakan buku yang kian marak dan kerja sama internasional yang terhambat. “Saat ini penerbit hanya bisa berjualan buku online, maka akan sangat merugikan jika di beberapa marketplace malah dijual buku bajakan,” ujarnya. Penerbit buku yang sah harus bertarung untuk mengalahkan para pembajak buku yang berjualan di lapak-lapak online. Di sisi lain, mereka juga berhadapan dengan maraknya peredaran ilegal buku digital dalam bentuk pdf.

Selain itu, kata Rosidayati, kerja sama internasional tidak bisa dilakukan karena banyak negara telah menerapkan lockdown yang mengakibatkan banyak pameran buku internasional dibatalkan, seperti London Book Fair dan Kuala Lumpur International Book Fair. Beberapa negara juga mulai mengubah pamerannya ke dalam format digital.

Industri penerbitan nasional terdampak cukup keras dalam terpaan pandemi ini karena tutupnya toko-toko buku, sekolah-sekolah, dan pengadaan buku oleh dinas/perpustakaan. Berdasarkan hasil survei Ikapi, sebanyak 58,2 persen penerbit mengeluhkan penjualan yang turun lebih dari 50 persen. Separuh penerbit juga menyebutkan merosotnya produktivitas karyawan secara tajam dalam kondisi work from home (wfh) saat ini. Sebanyak 60,2 persen penerbit menyatakan bahwa mereka hanya sanggup menggaji karyawan selama tiga bulan dan hanya 5 persen yang menyatakan sanggup bertahan sampai satu tahun.

Hal ini jugalah yang membuat para pelaku industri harus memutar otak agar bisa bertahan di tengah situasi ini. Industri penerbitan memperlihatkan cukup banyak perubahan. Hal ini terutama ditunjukkan oleh banyaknya penerbit (74,5 persen) yang sudah melakukan penjualan melalui toko buku online, walaupun kontribusi omzet dari jalur distribusi ini masih relatif kecil yakni kurang dari 10 persen yang diklaim oleh 52,6 persen penerbit. Hal lain yang juga menunjukkan perubahan pesat adalah banyaknya jumlah penerbit yang menerbitkan buku digital (40,8 persen).

Dalam membantu industri perbukuan, pemerintah telah menerbitkan PMK No 5 tahun 2020 yang membebaskan PPN untuk semua jenis buku. Selain itu dalam masa pandemi ini, pemerintah melalui Kemenparekraf berupaya memberikan stimulus kepada penerbit untuk meningkatkan penjualan melalui e-commerce sekaligus meluncurkan program untuk para penulis dalam rangka memperingati Hari Buku Nasional dan HUT ke-70 Ikapi.

Ikapi selama pandemi Covid-19 ini memperjuangkan diselenggarakannya Indonesia International Book Fair (IIBF) online sebagai pelengkap maupun substitusi IIBF 2020, mengingat Covid-19 dan dampak ekonominya terhadap penerbit  belum dapat dipastikan kapan akan berakhir. “Ikapi berharap mendapat dukungan dari pemerintah untuk pembangunan infrastruktur supaya IIBF online dapat dilaksanakan berkesinambungan,” kata Rosidayati. Mengingat upaya ini membutuhkan waktu dan dana yang tidak sedikit, tidak tertutup kemungkinan penyelenggaraannya nanti akan bekerja sama dengan marketplace atau toko buku online.

Dukungan pemerintah merupakan salah satu pendorong bagi industri penerbitan untuk dapat bertahan hidup. Oleh karena itu pemerintah diharapkan mendukung penyelenggaraan pameran internasional dan pameran daerah secara berkesinambungan. Selain itu dukungan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) perbukuan perlu terus ditingkatkan melalui pelatihan dan sertifikasi agar dapat dihasilkan kualitas buku yang lebih baik untuk meningkatkan literasi masyarakat.

Untuk menciptakan ekosistem dan iklim perbukuan yang lebih sehat, Ikapi berharap pemerintah bisa membantu penerbit memberantas pembajakan melalui penegakan hukum, kampanye sadar hak cipta kepada masyarakat, dan penyusunan regulasi yang diperlukan mengingat pesatnya perubahan teknologi informasi. Selain itu, Ikapi berharap mendapatkan dukungan data/riset perbukuan.

Dalam mendukung buku Indonesia di kancah internasional, pemerintah bisa memfasilitasi kehadiran penerbit internasional di event dalam negeri seperti IIBF sambil tetap mendukung kehadiran Indonesia di event internasional serta memberi insentif dana penerjemahan seperti yang banyak dilakukan negara-negara lain. “Kami juga berharap pemerintah bisa mengendalikan harga dan ketersediaan bahan baku kertas sebagai bahan baku buku cetak,” kata Rosidayati. []

Skip to content