Sosok satu ini memang bukan penulis biasa. Ia dikenal sebagai penulis multigenre, multiformat, dan multi-target pembaca. Yang menarik, jika sebagian penulis sering kesulitan mencari atau mendapatkan ide, sosok kelahiran Cirebon ini malah sering kebanyakan ide. Kok, bisa? Mari mengenal lebih dekat Ary Nilandari, peraih Ikapi Award 2022 kategori Writer of the Year.

Sejak kapan Mbak Ary tertarik menulis buku?
Saya menulis novel pertama saya waktu kelas 6 SD. Novel tersebut saya tulis tangan di buku tulis dan menghabiskan 3 buku.

Ceritanya tentang apa?
Cerita petualangan ala Lima Sekawan.

Karya-karya Mbak Ary kan beragam tuh. Ada buku anak, novel remaja dan dewasa, juga buku-buku nonfiksi. Saat ini Mbak Ary fokus menulis genre buku apa?
Iya, saya dikenal sebagai penulis multigenre. Fiksi dan nonfiksi, untuk usia dini hingga dewasa, dengan berbagai format. Namun, yang paling menyenangkan bagi saya adalah menulis cerita anak dan remaja.

Tantangan apa yang sering Mbak Ary hadapi saat menulis? Pernah mengalami writer’s block?
Pada tahun-tahun awal menulis, saya mungkin pernah mengalaminya. Terutama jika tulisan saya ditungguin, hihi. Saya enggak berbakat jadi jurnalis yang selalu siap tayang, karena kalau makin diburu-buru, makin buntu.

Namun seiring berjalannya waktu, saya tahu cara mengatasi block. Saya menulis multigenre, multi format, multi-target pembaca—bahkan secara paralel adalah untuk menghindari block itu.  Tantangan terbesar untuk saya adalah kebanyakan ide. Saya sering tidak sabar untuk memulai proyek baru, sebelum satu proyek selesai. Tantangan lain adalah ketika saya diminta menulis dengan tema tertentu yang saya kurang mendalaminya. Ini jelas harus riset dan saya sering keasyikan riset, haha. Sebab, saat meriset saya tidak hanya fokus pada topik yang dituju, banyak pintu pengetahuan lain yang terbuka dan saya punguti materi untuk tulisan berikutnya. Kalau tidak ingat dengan kerjaan yang ada, mungkin saya terus menyimpang, merambah, dan tersesat, haha.

Ikapi Awards 2022

Penganugerahan Ikapi Awards 2022, 9 November 2022

Bagaimana kesan Mbak Ary saat mendapat kabar terpilih sebagai Writer of the Year Ikapi Award 2022?
Jujur saja, ketika saya mendengar Republika Penerbit merekomendasikan saya, perasaan saya campur aduk. Tidak percaya, kenapa saya? Republika punya banyak penulis lebih senior, best seller, dan selebritas. Saya sempat pesimis, lalu pasrah… que sera sera.  Apalagi melihat daftar penerima Ikapi Awards sebelumnya, hehe. Jadi ketika, Mbak Novi (Sekretariat Ikapi, ed.) mengundang saya untuk hadir di acara penyerahan Ikapi Award, saya pikir masih nominasi. Tapi Mbak Novi bilang, sudah terpilih. Untuk beberapa saat, saya terkesima. Beberapa hari menjelang event, saya seakan nge-hang. Enggak jelas. Tidak bisa konsentrasi menulis, haha. Lebay, ya. Tentu saja, saya bersyukur kepada Allah Swt, berterima kasih kepada penerbit dan Ikapi.

Baca juga: Para Peraih Ikapi Awards 2022

Bagaimana pendapat Mbak Ary tentang Ikapi Awards?
Ikapi Awards bagi saya adalah penghargaan puncak (tertinggi) tingkat nasional yang bisa diraih oleh penulis/praktisi dari dunia penerbitan/perbukuan. Sebuah ultimate and biggest acknowledgement untuk prestasi dan kiprah seorang penulis. Kayak Piala Citra di perfilman kali, ya. Kalau masukan dari saya, mungkin kategori award dapat ditambah. Khusus untuk buku anak dan penulisnya, misalnya. Meski menempati penjualan terbanyak, penulis-penulis buku anak kurang mendapatkan perhatian.

Menurut data, buku anak adalah jenis buku dengan angka penjualan yang stabil. Bahkan di masa pandemi Covid-19, buku anak tetap diminati bahkan sebagian penerbit. Bagaimana Mbak Ary melihat perkembangan penerbitan buku anak di Indonesia?
Perkembangannya menggembirakan, ke arah yang lebih baik dari segi kualitas dan keragaman. Walaupun secara umum masih harus terus ditingkatkan pada aspek konten, teknik penulisan, dan desainnya.

Menurut Mbak Ary, buku anak yang baik ini yang seperti apa?
Izinkan saya mengutip dulu. “Children must have books, living books; the best is not too good for them; anything less than the best is not good enough” (Charlotte Mason. Parents and Children, hlm. 279).

Jadi untuk anak, harus buku yang terbaik. Baik saja tidak cukup.  Memang jadi pressure tersendiri bagi penulis untuk menyajikan yang terbaik. Oleh karena itu, kalau ada penulis yang masih menganggap, ah, ini hanya untuk anak (gampang dan menggampangkan), maka ia harus belajar lagi dan lebih banyak membaca buku anak berkualitas.

Untuk menghasilkan buku anak terbaik, minimal:

  • ditulis oleh penulis yang mempunyai passion untuk topik yang dia angkat,
  • ditulis dengan kepiawaian dalam segala aspek penulisan,
  • menyentuh emosi, memicu imajinasi, mendorong kreativitas,
  • mengandung gagasan, bukan sekadar fakta-fakta kering. Gagasan adalah nutrisi otak dan hati, membentuk seseorang, dan memantik gagasan baru.

Jika itu terpenuhi, buku yang dihasilkan adalah living books yang,

  • menjadi sahabat anak, menemaninya bertumbuh,
  • membuat anak ingin membaca sampai selesai,
  • memberinya pengalaman membaca tak terlupakan,
  • membuatnya membaca lebih dari sekali, setiap kalinya menemukan hal baru,
  • menjadi cermin baginya untuk berkaca,
  • seolah dapat mendengar apa yang ingin disampaikannya,
  • menyuarakan apa yang ia tak sanggup katakana,
  • membuka wawasan, menginspirasi,
  • membawanya ke setiap belahan dunia,
  • menyelami banyak lubuk hati,
  • melihat dari berbagai sudut pandang, juga pemikiran,
  • membantu anak mengalami berbagai peristiwa dengan aman.

Foto: sikancil.org

Mbak Ary kan sudah menulis banyak buku anak. Boleh sharing kiat-kiat menulis buku cerita anak?
Niatkan untuk berbagi, karena penulis dewasa kaya pengalaman dan kearifan. Ingat, tugas buku bukan untuk mengajari/menceramahi (serahkan hal ini pada orang tua dan guru secara live), apalagi mencetak generasi bla bla bla. Keberatan beban menjadikan tulisan jadi sarat pesan dan tidak asyik.

Lalu, carilah ide dari pengalaman pribadi. Banyak keunikan di sana, karena tiap orang punya persepsi berbeda terhadap pengalaman yang sama. Selain itu, kuasai teknik menulis dan aspek kebahasaan. Bahasa dan crafting ibarat kendaraan untuk mengantarkan makanan lezat. Jangan sampai kendaraan ini ala kadarnya dan membuat penyampaian cerita jadi tersendat-sendat, lalu makanan jadi rusak.

Penulis juga perlu memahami target pembaca dan apa yang mereka butuhkan. Dan yang terakhir, fokus. Untuk siapa cerita itu dibuat? Untuk anak atau orang tuanya? Cerita anak tentu saja menokohkan anak, menggunakan sudut pandang anak. Jadikan anak subjek, bukan objek. Banyak buku anak yang judulnya ditujukan untuk orang tua.

Siapa penulis favorit Mbak Ary dan kenapa Mbak Ary suka dengan penulis tersebut?

  • Paul Jennings, penulis buku anak dan remaja Australia yang jenaka dan menempatkan anak sebagai subjek melalui karakter-karakter ciptaannya. Saya belajar menggunakan sudut pandang anak dari buku-bukunya.
  • Jonathan Stroud, penulis fantasi remaja asal Inggris. Saya belajar world-building, dialog cerdas, dan narasi renyah dari karya-karyanya.
  • Helen Thompson, penulis AS yang tinggal di Jepang. Dia adalah inspirasi sayab untuk verse-novel.
  • Michael Crichton, menunjukkan pada saya apa itu otoritas, yakni ketika penulis (author) mengolah cerita dengan pengetahuan mendalam dan tahu benar apa yang dibicarakannya, serta bagaimana menuangkannya agar asyik dibaca, bukan menjejali pembaca dengan fakta kering.

Rekomendasi buku anak yang Mbak Ary tulis, yang perlu dibaca, baik oleh anak maupun orang tua?
Garuda Gaganeswara: Teka-Teki Jalan Lurus Melingkar

Rekomendasi novel remaja yang Mbak Ary tulis yang cocok untuk anak muda?
Take My Hand (Republika Penerbit, 2022)
Clair: The Death that Brings Us Closer (Mahaka Publishing, 2019)
Write Me His Story (Pastel Books, 2018)
Pelik (Bentang Belia, 2018)
Kelana: Lelaki Seribu Cerita (Storial, 2021)

Baca juga: Chandra Bientang, Datang Jadi Bintang

Kalau memperhatikan media sosial Mbak Ary, terutama Instagram, Mbak Ary suka prakarya ya, seperti bikin boneka karakter tokoh cerita yang Mbak Ary tulis. Mau tahu dong, kenapa Mbak Ary suka bikin itu?
Bonekanya bukan bikin sendiri, sih, tapi beli jadi. Boneka resin dengan ball-jointed, jadi sendi-sendinya dapat digerakkan. Wajahnya yang saya rias sehingga menyerupai karakter-karakter novel saya. Saya juga menjahit baju-baju mereka. Ceritanya ini salah satu dampak pandemi. Saya biasa bekerja di rumah dikelilingi tembok, tetapi pandemi menimbulkan stres baru dengan berlimpahnya waktu di depan laptop. Saya mencari kegiatan lain yang lepas dari layar. Ketemulah boneka dan handicraft.

Tantangan mengajak anak dan remaja suka baca buku saat ini makin berat. Mbak Ary punya saran buat orang tua atau pendidik agar anak-anak suka membaca?
Orang tua dan para pendidik perlu,

  • meliterasikan diri,
  • memberikan teladan,
  • melakukan kompilasi dan membuat anotasi,
  • merekomendasikan buku-buku,
  • memfasilitasi, membacakan, mendongengkan,
  • merangsang respons setelah membaca,
  • mengembangkan literasi keluarga (misalnya dengan menulis, berkreasi seni, berkebun, dll.),
  • merayakan capaian

Foto: Republika

Setiap orang, meski sudah tidak muda, pasti masih punya mimpi atau harapan yang ingin dicapai. Apa mimpi/harapan Mbak Ary yang ingin banget dicapai, terutama terkait literasi?
Saya ingin melihat creative writing menjadi prodi (program studi, ed.) tersendiri di perguruan tinggi kita, seperti di negara-negara lain dengan tingkat literasi yang sudah maju. Jadi, bukan sekadar mata kuliah beberapa SKS. Mungkin ini harus dimulai sejak dini, dengan pelajaran menulis kreatif yang fun di semua jenjang. Menulis dalam artian menuangkan gagasan ya, bukan secara harfiah. Harus dimulai juga dari guru yang senang menulis dan orang tua yang terbiasa menulis.

Saya membayangkan juga ada award bergengsi untuk buku anak dan penulisnya semacam Caldecott dan Newberry Medals. Terus ada semacam festival semacam Nami Concours di Korea. Siapa tahu Iiakpi juga bisa memfasilitasi ini.

Selain itu, saya ingin melihat para pustakawan membuat kompilasi buku-buku rekomendasi. Apa lagi ya? Oh, mungkin gak sih di negara kita ada Children’s Laureate? Haha. Who knows. []

Prestasi kepenulisan

  • Ikapi Award, Writer of the Year (2022
  • International Board on Books for Young People (IBBY) Honour List for High Quality in Writing of Garuda Gaganeswara: Teka-Teki Jalan Lurus Melingkar (2022)
  • Penulis Terpilih untuk Gerakan Literasi Nasional, Badan Bahasa Diknas, dengan karya: Rahasia Kak Risa, Menunggu Ibu, Tutu Banting Pintu, Tempel Saja, Tapa Cerita Magai, Saudara Bubu Buaya, Peti Nakhoda Baruna, dan Kampung Asean (2019-2022)
  • Second Prize, Samsung Kids Time Author Award untuk The Fellowship of the Pinisi (2015)
  • Second Prize, Samsung Kids Time Author Award 2015, untuk You Know What I Mean (2015)
  • First Runner Up, Asian Scholastic Picture Book Award 2015, untuk Pandu the Ogoh-Ogoh Maker (2015)
  • Terjemahan Terbaik, Islamic Book Fair (2011)
  • Cerpen favorit Lomba Menulis Cerita Detektif Majalah Bobo untuk Cincin Mama Brownies (2009)
  • Juara 1 Lomba Menulis Cerita Pendek Remaja, Rohto-Mentholatum Golden Award, Raya Kultura (2007)
  • Juara 1 Lomba Nasional Menulis Naskah Sketsa Keagamaan, Departemen Agama RI (2004)

Karya-karya
Novel untuk anak dan remaja

  • Take My Hand (Penerbit Republika, 2022)
  • It’s You All Along (Rakata Mizan, 2021)
  • Garuda Gaganeswara: Teka-Teki Jalan Lurus Melingkar (Republika, 2020)
  • Kelana, Lelaki Seribu Cerita (co, 2020)
  • Clair: The Death that Brings Us Closer (Republika, 2019)
  • Write Me His Story (Pastel Book Mizan, 2018)
  • Pelik (Belia Bentang, 2018)
  • The Visual Art of Love (Qanita Mizan, 2018)
  • Serial Keo & Noaki, vol. 1-4 (Penerbit Kiddo Gramedia, 2015-2016)
  • Serial Keo & Noaki, vol. 5-6 (DNA Publishing, 2016)
  • Pangeran Bumi Kesatria Bulan (Qanita Mizan, 2014)

Picturebook

  • Rahasia Kak Risa (GLN 2022, Kemdikbud)
  • Menunggu Ibu (GLN 2022, Kemdikbud)
  • Tutu Banting Pintu (GLN 2021, Kemdikbud)
  • Tempel Saja (GLN 2021, Kemdikbud)
  • Kampung Asean (GLN 2020, Kemdikbud)
  • Tapa Cerita Magai (GLN 2019, Kemdikbud)
  • Pinisi Nakhoda Baruna (GLN 2019, Kemdikbud)
  • Saudara Bubu Buaya (GLN 2019, Kemdikbud)
  • Nabang and the Legend of Smong (Elmi Farhrnagi Publishing, Iran, 2017)
  • Straight Into Circle (Oyez Book, Malaysia, 2017)
  • Dari Batu ke Batu (Litara, 2014)
  • Rotan Pun Jadi (Litara, 2014)
  • Pertunjukan Besar Barongan Kecil (Litara, 2014)
  • Ketika DamDam Kehilangan Wajahnya (Litara, 2014)
  • Aku Ingin Pulang (Litara, 2014)
  • Nathan: Mimpi Merah Muda (Tiga Serangkai, 2012)
  • Nathan Sang Penjelajah Mimpi (Tiga Serangkai, 2011)
  • Demam Gigi Jodi (Balai Pustaka, 2011)
  • Negeri Bawah Air (Balai Pustaka, 2010)
  • Gua Seribu Mata (Talikata, 2009)
  • Lorong Seratus Hari (Talikata, 2009)

Dan sekitar 20 judul lain yang sudah out of print sejak 2000

Skip to content