Ikapi menyampaikan keprihatinan atas rendahnya budaya baca masyarakat Indonesia. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Umum Ikapi, Arys Hilman Nugraha pada audiensi dengan Badan Bahasa, 27 Mei 2024 di Jakarta.

Menurut Arys, Ikapi yakin sebenarnya minat baca masyarakat untuk membaca tinggi, namun mereka tidak memiliki akses terhadap bahan bacaan. Bisa jadi karena buku bukan prioritas belanja, bisa pula karena mereka tidak menjumpai buku menarik yang dibutuhkan saat berkunjung ke perpustakaan.

Kelemahan akses baca mempersulit prasyarat berikutnya literasi, yaitu pembudayaan kebiasaan membaca. Dengan kendala-kendaa tersebut, menurut Ikapi, modal melek huruf yang tinggi di Indonesia gagal mencapai kemajuan indeks literasi. Padahal indeks literasi penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan, inovasi, yang bermuara pada kemajuan kualitas hidup bangsa.

Sementara itu, Prof. E. Aminuddin Aziz selaku Kepala Badan Bahasa merangkap Plt. Kepala Perpusnas, menekankan pentingnya buku-buku berkualitas untuk sampai ke tangan masyarakat. Buku-buku tersebut termasuk yang menjadi koleksi perpustakaan di semua tingkat dari pusat, daerah, kabupaten kota, hingga desa-desa.

Prof Amin sependapat dengan Ikapi tentang pentingnya buku-buku bermuatan lokal dan berbahasa daerah. Setelah menerjemahkan buku-buku bermutu ke dalam bahasa Indonesia, mulai tahun depan Badan Bahasa juga akan menerjemahkan buku-buku dari Indonesia, baik dari bahasa daerah maupun Indonesia, ke bahasa-bahasa asing dunia.

Dalam acara yang berlangsung hingga dua jam tersebut, Prof Amin didampingi oleh sejumlah pejabat Perpusnas dan Badan Bahasa. Sementara, dari Ikapi selain ketua umum hadir Waketum Bidang Organisasi & Pengembangan Penerbit, Mappa Tutu; Waketum Bidang Minat Baca & Pameran, Wahyu Rinanto, dan Waketum Bidang Kerja Sama & Hubungan Luar Negeri. Wedha Stratesti Yudha. []

Baca juga: Tentang Sastra Masuk Kurikulum: Tidak Semua Karya Sastra Cocok untuk Anak dan Pelajar

Baca juga: Buku Murah, Penulis Sejahtera