Ikapi menyampaikan harapan dan pemikiran terkait buku sebagai alat diplomasi dan promosi budaya pada audiensi dengan Direktorat Jenderal Diplomasi, Promosi, dan Kerja Sama Kebudayaan (Ditjen DPKSK) Kementerian Kebudayaan RI, 06/02/2025. Dalam kesempatan tersebut rombongan Ikapi dipimpin oleh Ketua Umum, Arys Hilman Nugraha, yang didampingi oleh Kartini Nurdin (Anggota Dewan Pertimbangan Ikapi), Wahyu Rinanto (Wakil Ketua Umum Bidang Pameran dan Minat Baca sekaligus Ketua Panitia IIBF 2025), Mappa Tutu (Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi dan Pengembangan Penerbit), Wedha Stratesti Yudha (Wakil Ketua Umum Bidang Kerja Sama dan Hubungan Luar Negeri), dan Rahmadiyanti (Sekretaris Panitia IIBF 2025).
Ikapi diterima oleh Direktur Jenderal, Endah T.D. Retnoastuti yang didampingi oleh Undri, S.S., M.Si. (Direktur Promosi Kebudayaan), Annisa Rengganis (Staf Khusus Menteri Bidang Diplomasi Budaya), dan jajaran staf lainnya.
Ketum Ikapi mengungkapkan harapan besar pada pemerintahan yang baru, termasuk Kementerian Kebudayaan (Kemenbud), karena para pemimpinnya yang menyukai buku. Hal ini penting karena pemimpin yang menyukai buku akan berdampak pada kebijakan-kebijakan terkait buku. Mengutip UU Nomor 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan, Arys mengingatkan bahwa Pemerintah Pusat memiliki tanggung jawab mempromosikan kebudayaan nasional Indonesia ke khasanah budaya dunia melalui buku. Untuk itu, Arys juga berharap Kemenbud dapat mendukung program-program Ikapi terkait promosi budaya melalui buku. Beberapa program terkait hal tersebut yang telah dilakukan Ikapi adalah Indonesia International Book Fair—yang merupakan pameran buku tertua di kawasan regional, Indonesia Rights Fair, Indonesia Fellowship Program (IFP), dan Bantuan Dana Penerjemahan (Translation Funding Program/TFP).
Baca juga: Rapat Kerja Ikapi 2025: Koordinasi Menyikapi Situasi Industri Perbukuan Setelah Pergantian Pemerintahan
Baca juga: IIBF 2025: Menguatkan Diri sebagai Poros Industri Kreatif dan Terus Berupaya Menciptakan Masyarakat yang Reading Society
Arys juga menyampaikan, bahwa setelah menjadi Tamu Kehormatan (Guest of Honour) di Frankfurt Book Fair (2015), lalu Market Focus Country di London Book Fair (2019), perhatian dunia pada Indonesia meningkat. Perhatian tersebut perlu dipelihara, agar buku sebagai diplomasi dan promosi budaya makin kuat. Apalagi mengingat buku-buku Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa asing masih sangat sedikit dibanding dengan jumlah judul yang terbit setiap tahunnya. Selain itu, beberapa program seperti IFP dan TFP juga sudah lama tidak terselenggara karena tidak ada dukungan.
Endah dan jajaran di Ditjen DPKSK merespons dengan baik dan menyatakan bahwa harapan Ikapi sejalan dengan DItjen DPKSK. Endah juga menyampaikan keinginan dari Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, agar karya-karya sastra Indonesia lebih muncul, salah satunya melalui penerjemahan karya-karya Indonesia ke dalam bahasa yang banyak penuturnya.
Meski sempat mengungkapkan efisiensi anggaran berdasarkan Inpres No. 1/2025 dan Kemenbud juga terdampak, Endah menyampaikan pesan dari Menbud bahwa program-program harus tetap berdampak kuat meski Kemenbud terkena efisiensi.
Dalam penutup audiensi, Endah meminta Ikapi terus berkomunikasi dengan Ditjen DPKSK terkait dukungan dan kolaborasi, antara lain untuk penyelenggaraan IIBF, kehadiran Uni Emirat Arab sebagai Guest of Honour (GoH) di IIBF dan sebaliknya—Indonesia sebagai GoH di Abu Dhabi International Book Fair, serta program lain terkait buku sebagai alat diplomasi dan promo si kebudayaan nasional. [Humas Ikapi]
Baca juga: Ngopi Pagi Menteri Kebudayaan bersama Komunitas Budaya dan Asosiasi Profesi
Baca juga: Darurat Pembajakan Buku