Munas Ikapi hari ketiga diisi dengan diskusi perbukuan dengan tema Menguatkan Industri Perbukuan dengan Program Literasi Nasional. Bertindak sebagai narasumber Dr. Ivanovich Agusta Kepala Pusat data dan Informasi Kementerian Desa dan PTT dan Dra. Ofy Sofiana, M.Hum Kepala Deputi Informasi Perpustakaan Nasional. Sedangkan Mantan Ketua Ikapi Periode 2003 -2008 Dr. Makhfudin Wiryaatmaja, M.S.M dan anggota Dewan Pertimbangan Ikapi Nova Rasdiana bertindak selaku moderator.

Dra. Ofy Sofiana sebagai pembicara pertama menjelaskan tentang peran yang dimainkan perpustakaan nasional sesuai dengan amanat undang-undang yaitu pembinaaan, penelitian, deposit, preservasi, layanan dan jejaring. Keenam peran tersebut telah dikerjakan Perpustakaan secara maksimal dan sejauh ini terus menunjukkan hasil yang menggembirakan. Upaya Perpustakaan nasional untuk terus meningkatkan literasi berkaitan erat dengan stakeholder perbukuan lainnya termasuk penerbit dan penulis. Dalam pandangannya masyarakat yang literat ada dalam 4 tingkatan yaitu

  1. Kemampuan mengumpulkan bahan bacaan
  2. Kemampuan memahami secara implisit dan eksplisit bahan bacaaan
  3. Kemampuan mengemukakan ide atas apa yang telah dibaca
  4. Kemampuan menciptakan barang dan jasa dari hasil membaca

Tiga komponen kunci dalam pengembangan literasi menurut Ofy harus saling bersinergi. Ketiga komponen itu adalah keluarga, sekolah dan masyarakat. Jika ketiga komponen bersinergi, maka upaya untuk membangun masyarakat yang literat akan menjadi lebih cepat terwujud.  Sejauh ini rujukan yang dipakai untuk melihat tingkat literasi masyarakat adalah angka melek aksara dan jumlah publikasi buku. Terjadi peningkatan jumlah judul buku yang sangat besar dari tahun 2014 ke 2020. Selama kurun waktu itu ada 400 ribu judul buku diterbitkan atau lebih dari 60 ribu per tahunnya. Tahun 2019 saja jumlah judul buku yang diajukan permohonan ISBN nya ada sebanyak 94.750 Judul buku dan 17.000 merupakan judul-judul buku elektronik yang terus tumbuh setiap tahunnya. Sedikit keluhan disampaikan Ofy adalah masih kurangnya judul buku anak yang diajukan permohonan ISBN nya ke Perpustakaan Nasional.

“Ini menjadi tugas kita semua terutama penulis dan penerbit untuk terus menulis dan menerbitkan lebih banyak lagi buku anak agar mereka memiliki bacaan yang baik dan bemutu, pungkas,” Ofy.

Kepala Pusat data dan Informasi Kementerian Desa Dr. Ivanovich Agusta, di sisi lain menyampaikan fakta yang menarik bahwa anggaran untuk pendirian Taman Bacaan Desa terus meningkat setiap tahun dan jumlah desa yang memiliki Taman bacaan juga meningkat secara drastis dari 600-an desa di tahun 2018 menjadi 14.000 lebih di tahun 2019. Hal yang menarik lain yang disampaikan Dr. Ivanovich adalah adanya korelasi antara desa-desa yang berpredikat desa mandiri dengan ketersediaan Taman Bacaan di Desa.

“Ada bukti empiris bahwa tersedianya Taman Bacaan Masyarakat desa berkorelasi dengan kemandirian desa, ucapnya.

Pada bagian lain, angka melek huruf di desa sudah mencapai 93,56% yang menurut Dr. Ivanovich sudah tinggi tapi masih ada disparitas untuk hal ini antara desa dan kota. Kementerian desa melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan desa termasuk melalui peningkatan literasi masyarakat pedesaan. Penyediaan infrastruktur perpustakaan desa tertuang dalam Permendes 13/2020 tentang prioritas penggunaaan dana desa tahun 2021. Selain itu Kementerian Desa  juga menjalin sinergi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Perpustakaan Nasional dan Ikapi dalam upaya-upaya pengembangan kurikulum pembelajaran formal dan non formal sesuai kebutuhan desa serta penyediaan bahan-bahan perpustakaan baik hard copy maupun soft copy untuk pembelajaran warga desa.

___

Junaidi Gafar