Kuala Lumpur (2/5/2018)—Memasuki hari ke-6, Pesta Buku Antarbangsa Kuala Lumpur (Kuala Lumpur International Book Fair 2018) yang berlangsung di Putra World Trade Center (PWTC) terlihat lengang karena hari ini merupakan hari kerja, walaupun transaksi penjualan buku masih tetap tinggi.

Di hari ini, Indonesia sebagai Negara Tamu KLIBF 2018 menghadirkan penyair muda, Aan Mansyur. Aan Mansyur adalah nama yang tidak asing lagi di Malaysia, khususnya di pasar sastra. Dengan judul talkshow “Merayakan Sastra bersama Aan Mansyur”, pencipta puisi yang dibacakan Rangga dalam film AADC2 ini menceritakan perkembangan dunia sastra Indonesia yang mengalami peningkatan dalam hal judul, penulis, dan minat penerbit yang mau menerbitkan karya sastra, khususnya puisi. “Anak-anak remaja sekarang mulai membaca puisi, dulu mana ada? Penerbit pun skeptis untuk menerbitkan puisi, sekarang tidak lagi. Dulu tidak ada jenis pekerjaan ‘penulis’ di kartu identitas, tetapi sekarang ada dan itu cukup membanggakan,” ujar Aan.

Aan juga menyatakan kalau ada ketimpangan pasar antara buku sastra Indonesia dan Malaysia. Buku-buku Indonesia dengan mudahnya masuk ke pasar Malaysia, tetapi tidak sebaliknya. Penyebabnya ada beberapa, seperti keengganan masyarakat Indonesia untuk membaca buku Malaysia, pemahaman bahwa Malaysia itu hanya ada buku-buku Melayu, dan yang utama adalah bahasa. “Walaupun kita serumpun dan bahasa di negara kita banyak kata yang sama, tapi ternyata untuk membaca buku Malaysia, saya perlu membaca Kamus Bahasa Malaysia keluaran Dewan Bahasa,” ujar Aan. Hal itu lah yang membuat buku-buku Malaysia tidak banyak beredar di pasar Indonesia menurut Aan.

Selain pembahasan peredaran buku, Aan juga menceritakan bagaimana menjaga hubungan dengan penerbit dan pentingnya pameran buku. Indonesia memiliki Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dan Komite Buku Nasional (KBN). Kedua organisasi ini membantu para penerbit, penulis, dan pekerja kreatif untuk tampil di beberapa pameran buku, baik di dalam negeri maupun luar negeri, seperti Frankfurt Book Fair, Bologna Book Fair, Beijing International Book Fair, London Book Fair, dan khususnya Kuala Lumpur International Book Fair ini.
“Buku saya sebentar lagi akan terbit dari hasil program residensi penulis ketika dikirim ke Polandia. Semoga buku tersebut bisa juga diterbitkan di Malaysia,” kata Aan sambil tersenyum. Aan merupakan penerima program untuk penulis, yaitu Residensi Penulis Indonesia, yang diberikan oleh KBN. Program ini memberikan kesempatan bagi penulis untuk belajar dan mengembangkan potensinya di negara-negara di dunia. Ketika kembali penulis itu diharuskan menulis buku dan Aan merupakan satu-satunya penulis yang memilih Polandia sebagai negara tujuan untuk belajar.

KLIBF berlangsung sejak tanggal 27 April sampai 6 Mei 2018 di Putra World Trade Center, Kuala Lumpur, Malaysia. Tahun ini Indonesia hadir sebagai negara tamu bersama dengan Arab Saudi dan negeri tamu Kedah. Kehadiran ini didukung sepenuhnya oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur. KLIBF juga diisi dengan Kuala Lumpur Trade and Copyright Center (KLTCC), Konferensi Penulis dan Malaysia’s Digital Lifestyle Exhibition.

Skip to content