JAKARTA — Lima organisasi bidang perbukuan dunia mendesak pemerintahan negara-negara di dunia untuk menghargai, mendukung, dan menggelorakan pentingnya buku bertepatan dengan peringatan Hari Buku Sedunia, Kamis 23 April 2020. Dalam situasi pandemi Covid-19, mereka berharap pemerintah semua negara memberikan perhatian kepada industri ini agar bisa keluar dari keterpurukan.
Pernyataan itu ditandatangani Ketua International Publishers Association (IPA), Hugo Setzer; Ketua International Authors Forum (IAF), John Degen; Co-President European and International Booksellers Federation (EIBF), Jean-Luc Treutenaere; Ketua International Federation of Reproduction Rights Organisation (IFRRO), Yngve Slettholm; dan CEO STM (organisasi penerbit buku sains, teknologi, dan medis), Ian Moss.
“Dunia tanpa buku akan menjadi tempat yang menyedihkan,” demikian pernyataan kelima organisasi tersebut, Kamis (23/4). Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) merupakan anggota IPA.
Covid-19 telah menjadi bencana bagi semua orang di mana-mana, Ekonomi mengalami kemunduran dan tak ada seorang pun yang tahu kapan situasi akan kembali pulih. Dampaknya terhadap industri kreatif dunia, termasuk pada sektor perbukuan, sangat terasa.
Di banyak negara, industri penerbitan harus berjuang untuk tetap hidup. “Kita harus menemukan jalan untuk masa depan para penulis, penerbit, editor, desainer, distributor, toko buku, dan para pegiat manajemen kolektif hak cipta, sehingga industri perbukuan dapat segera pulih begitu pandemik berakhir,” ungkap kelima organisasi itu.
Pada Hari Buku Sedunia 2020, mereka menyampaikan peran vital buku terhadap masyarakat. Lewat buku masyarakat belajar, mengenali aneka kebudayaan, dan lewat buku masyarakat membangun cita-cita, saling memahami satu sama lain, dan belajar untuk berempati. Buku amat penting untuk pengetahuan, mendidik anak-anak, dan sumber pendidikan sepanjang hayat. “Buku menjadikan kita manusia yang lebih baik,” demikian penegasan kelima organisasi.
Buku memerlukan penulis untuk menuangkan gagasan, penerbit untuk berinvestasi, toko buku untuk membuatnya sampai kepada pembaca, dan manajemen kolektif untuk melindungi hak ciptanya. Rantai yang amat penting ini sekarang berada dalam ancaman.
Pada masa social distancing kini, peran buku kembali mendapatkan penekanan. Tetap tinggal di rumah dan membaca buku menjadi cara untuk peduli sesama. Surat kabar dan blog seluruh dunia telah menulis daftar buku yang layak dibaca saat kondisi isolasi. Buku adalah tempat kembali orang-orang saat menemui kesulitan.
Pada situasi ini, para orang tua telah menjadi guru. Sementara, para guru berusaha mencari cara baru dalam mengajar. Penulis dan penerbit menanggapi situasi ini melalui upaya lisensi produk dan penyediaan layanan digital. Buku-buku online mengalami perkembangan luar biasa. Dunia pun menyandarkan diri pada riset dan penerbitan jurnal yang memandu beleid kesehatan hingga pengembangan vaksin. []